Bensin Rp.11.500 Per Liter Di Filipina

Bensin Rp.11.500 Per Liter Di FilipinaDemo besar di Jakarta menentang rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tanggal 27 Maret kemarin, rupanya sampai ke telinga beberapa orang Indonesia yang tengah mengunjungi pusat penelitian tanaman pangan di Filipina. Sebagian mengintip beritanya dari BlackBerry, sebagian lagi ada yang menerima SMS dari keluarga, bahwa anaknya tak bisa sekolah karena demo besar memaksa libur mendadak di beberapa sekolah.



Kontras dengan berita stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang disegel para demonstran, atau mobil tanki bahan bakar dihentikan paksa oleh para mahasiswa di Jakarta, kebanyakan SPBU di Manila dan sekitarnya justru lengang sore itu. Padahal, harga bensin di sana cukup mahal, yaitu 55,35 peso per liter untuk bensin beroktan rendah, atau setara Rp 11.500 per liter.

"Bensin di sini mahal karena kami tidak punya banyak tambang minyak. Mau apa lagi?" kata Felipe, 45 tahun, warga Los Banos. Menurut data Bank Dunia, produksi minyak Fillipina hanya sekitar 32.000 barel per hari, sementara konsumsi minyak di seluruh negeri itu mencapai hampir 10 kali lipatnya setiap hari. Tanpa subsidi apa pun dari pemerintah, bisnis penjualan BBM eceran menjadi kompetisi terbuka bagi perusahaan lokal maupun internasional, sehingga banyak muncul SPBU dengan berbagai nama seperti Shell, Caltex atau Phoenix.

Namun di pinggiran kota Manila seperti Tarlac City atau Olongapo City, SPBU itu sangat lengang dan kadang-kadang intervalnya hingga lebih dari lima menit sampai ada kendaraan lagi yang mengisi BBM. Hal ini jelas berbeda dengan kota-kota satelit Jakarta seperti Bekasi, Depok dan Tangerang, di mana hampir semua SPBU sibuk melayani kendaraan yang hilir-mudik, baik mobil maupun sepeda motor. "Pemilik kendaraan di sini sangat perhitungan ketika mengisi BBM, terutama para pemilik angkutan umum. Kalau bensin hampir habis dan tidak ada acara penting, lebih baik mobil disimpan di rumah," kata Felipe.

Tukang ojek di Filipina pun mensiasati harga BBM mahal itu dengan memodifikasi motor mereka sehingga bisa memuat dua orang dewasa dan dua anak-anak. Bagian samping kanan kendaraan ditambah kabin penumpang beratap, mirip becak motor di Aceh, sementara jok belakang pengemudi juga diperlebar. Sementara model angkot di sana, seperti banyak diketahui, adalah kendaraan Jeepney yang bisa mengangkut lebih dari 20 penumpang. Kendaraan yang awalnya menggunakan surplus mobil Jeep peninggalan tentara AS di Perang Dunia II ini bisa ditemukan di hampir seluruh pelosok Filipina.

Demo menentang kenaikan harga BBM sendiri hampir tidak pernah terjadi di Filipina, karena rakyatnya sudah terbiasa dengan pengetahuan bahwa harga BBM dikendalikan oleh mekanisme pasar, serta bahwa bahan bakar fosil memang tidak terbarukan. "Demonstrasi di negara Anda? Memang naik sampai berapa harga bensin di Jakarta?" tanya seorang pemilik kendaraan di Tarlac yang menyebut dirinya Johny.

Ketika diberitahu bahwa harga bensin mungkin naik menjadi Rp 6.000 per liter, itu pun kalau pemerintah berani, Johny cuma terdiam. Namun ketika dijelaskan bahwa itu setara dengan 28 peso saja, barulah dia berseru spontan. "Murah sekali harga bensin di sana!" katanya seperti tak percaya. Rupanya, situasi kontras yang ada di negeri orang ini, juga menggelitik nalar Koesyanto, seorang transmigran sukses di Riau yang kebetulan ikut mengikuti acara penelitian tanaman pangan di Filipina.

"Saya kok baru sadar kalau harga BBM kita memang terlalu murah. Kalau murah, kita jadi berpikir bensin itu gampang dibuat dan dicari, dan seperti akan selalu ada," kata Koesyanto yang sudah berusia menjelang 60 tahun itu.

Semoga Bermanfaat Bensin Rp.11.500 Per Liter Di Filipina | beritasatu.com/berita-utama/39575-bensin-di-filipina-rp-11500-per-liter-tanpa-demo.html

[Pariwara] Mencari usaha Sampingan Paling Produktif klik disini. 

No comments:

Post a Comment

Follow dulu ya sebelum Berkomentar, Terima kasih.