Informasi peluang bisnis, usaha, kerja sampingan dan berita menarik lainnya sesuai fakta dijalani.

Waspada TB Pada Anak Lamban Tapi Mematikan

Waspada TB Pada Anak Lamban Tapi MematikanTubercolusis (TB) tidak hanya menyerang orang dewasa tapi juga anak-anak. Parahnya, TB pada anak terkesan 'lamban' namun mematikan karena bisa menyerang organ-organ lain penderitanya.



Indonesia saat ini mencapai peringkat keempat dari seluruh negara yang memiliki populasi TB terbanyak. Walaupun sudah turun dari peringkat ketiga, bukan berarti kita boleh berbangga. TB adalah penyakit sistemik yang dapat menyerang bagian mana saja dari tubuh kita, namun karena sifat kumannya yang membutuhkan oksigen lebih sering TB ditemui pada paru.
"TB paru pada anak bersifat tertutup hal ini karena TB paru pada anak tidak bersifat menularkan. Bahkan bisa saja TB paru pada anak tidak bergejala seperti batuk dan sebagainya," kata dokter spesialis paru dan asma, RS Sari Asih Ciledug, Dr Sanri Prahmadi, di Jakarta beberapa waktu lalu. Dr Sanri menjelaskan, TB pada anak berbeda dari TB pada orang dewasa. Gejala yang umum pada anak bukan dilihat dari batuknya melainkan berat badan yang terus menurun dan napsu makan yang hilang.
"Walaupun tidak menular, TB pada anak tetap membahayakan bagi si anak yang menderitannya karena itu, diperlukan upaya pencegahan sejak dini," jelas Dr Sanri. Menurut Dr Sanri, diagnosis TB pada anak tidak bisa dilakukan dengan uji dahak (sputum test), karena memang jarang pasien TB anak mengalami batuk berdahak.
Selain itu, sambung Dr Sanri foto roentgen pada anak juga tidak bisa memberikan diagnosa yang tepat. Maka diperlukan uji Tuberkulin atau uji Mantoux. Uji Tuberkulin dilakukan dengan menyuntikkan tuberkulin PPD intrakutan di volar lengan bawah. Reaksi obat dapat dilihat 48 sampai 72 jam setelah penyuntikan. Uji Tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TB.
Sementara itu, Dr Sanri mengungkapkan sebenarnya gejala TB pada anak tidak ada yang khas dan bisa menyerupai gejala penyakit lain. "Namun, gejala yang sering dijumpai adalah demam berkepanjangan tanpa sebab yang jelas, batuk persisten, berat badan sulit naik atau bahkan menurun, tidak nafsu makan, dan kurang aktif bermain," ujar Dr Sanri.

Meski demikian, tambah dia, kerap terdapat pula gejala khusus yang biasanya muncul jika kuman TB mengenai organ tertentu. Sebagai contoh, adanya benjolan multiple di bagian leher jika kuman TB menyerang kelenjar getah bening, adanya tonjolan pada tulang belakang jika kuman TB mengenai organ tersebut, serta terjadi kekejangan dan penurunan kesadaran jika kuman TB menyerang susunan saraf pusat anak.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) jumlah penderita TB paru-paru anak cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Dyah Erti Mustikawati, Kepala Sub Bidang Direktorat Pengendalian Penyakit Tuberkulosis Kemenkes, jumlah penderita TB paru-paru anak pada 2011 mencapai 10 hingga 12 persen dari seluruh jumlah kasus TB.

Sementara itu, berdasarkan data Riskesdas 2007 (Balitbangkes, 2008), pada 2010, Indonesia menduduki urutan keempat jumlah penderita baru TB terbanyak di dunia dengan 450 ribu kasus.

Dokter anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Nastiti Kaswandani menjelaskan jumlah kasus TB pada anak mencapai sekitar 10 persen dari jumlah kasus TB secara keseluruhan.
Pada umumnya, anak tertular TB dari orang dewasa yang terjangkit penyakit tersebut. Oleh karena itu, jumlah penderita TB anak bakal meningkat seiring bertambahnya penderita TB orang dewasa.

World Health Organization (WHO) juga melaporkan lebih dari 250.000 anak terserang TB dengan angka kematian 100.000 anak tiap tahunnya. 
Biasanya, anak penderita TB yang berisiko mengalami kematian adalah anak yang mengalami TB berat, seperti TB milier, TB selaput otak (meningitis), TB usus, dan TB hati.
Risiko kematian tinggi lainnya juga dapat dialami oleh bayi berusia kurang dari enam bulan, anak dengan gizi buruk, serta anak yang terkena HIV atau penyakit ganas lainnya. Sebelum penyakit TB menyerang paru-paru seorang anak ada beberapa tahapan yang terjadi. Nastiti menjelaskan pada tahap awal kuman TB terhirup penderita dan kemudian masuk serta bereplikasi di dalam paru-paru.
Dalam perkembangannya, kuman TB dapat menyebabkan kerusakan di jaringan paru-paru dan menyebar ke seluruh organ tubuh melalui pembuluh darah. Kuman TB yang menyebar di berbagai organ tersebut bersifat dorman atau tidur (tenang), namun berpotensi menjadi aktif dan mengganggu organ yang terserang. Adapun beberapa organ tubuh yang sering terserang kuman TB selain paru-paru, antara lain kelenjar getah bening, tulang belakang, usus, hati, ginjal, mata, selaput otak, dan organ reproduksi.
Nastiti menjelaskan pada anak, gejala penyakit TB dapat timbul lebih cepat, sekitar beberapa pekan setelah terinfeksi kuman TB. Oleh sebab itu, dalam istilah medis sering kali TB pada anak disebut sebagai TB primer. Berbeda dengan anak-anak, pada orang dewasa mayoritas penderita terjangkit TB akibat proses reaktivasi kuman TB yang sebenarnya sudah lama terdapat di dalam tubuh, berbulan-bulan atau bertahun-tahun yang lalu. Karena reaktivasi itu, secara medis, kondisi tersebut diistilahkan dengan TB pascaprimer.
Cara pengobatannya :
Untuk pengobatan TB pada anak menggunakan tiga macam obat, yaitu INH, Rifampicin dan Pirazinamide. Pemberian obat INH dan Rifampicin selama dua bulan, dan Pirazinamide selama empat bulan, sehingga minimal pemberian obat sama dengan orang dewasa, yaitu enam bulan. Ketika seorang anak sudah menderita TB aktif, maka seluruh anggota keluarga dan orang dewasa lain yang kontak dekat dengan si anak harus diperiksa untuk mencari sumber penularan dan segera diobati, agar rantai penularan dapat dihentikan.
Semoga Bermanfaat Waspada TB Pada Anak Lamban Tapi Mematikan | gayahidup.inilah.com
[Pariwara] Mencari usaha Sampingan Paling Produktif klik disini. 

Waspada TB Pada Anak Lamban Tapi Mematikan Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar: